Bismillahir-Rahmanir-Rahim.. Assalamualaikum... Kepada para pengunjung. Tujuan blog ini di wujudkan adalah untuk berkongsi ilmu dan maklumat. Posting-posting dari blog ini tidak terbatas pada satu-satu bab. Ia lebih kepada mengikut citarasa hamba sendiri. Harap maaf jika tidak memenuhi kehendak jiwa serta keselesaan para pengunjung yang berlainan idealogi. Namun hamba tetap menyediakan berbagai label infomasi ( scroll down pada sidebar dibawah dan lihat pada "LABEL" ) untuk dimanfaatkan bersama. Semoga dapat memberi manfaat pada kita semua insyaAllah. wassalam.

JANGAN LUPA TINGGALKAN LINK SUPAYA SENANG AKU NAK MELAWAT DAN FOLLOW KORANG BALIK.. INSYA ALLAH.

Friday, May 29, 2009

SIAPA KAMU ?

Masih Kuatkah Memegang Amanah dan Janji?

Betapa sahabat Anas bin Malik, selalu menceritakan, bahwa Rasulullah
Shallahu alaihi wa salam, setiap kali berkhutbah, pasti bersabda :
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak memegang janji”.

Dalam khutbah yang pendek, namun penuh dengan makna, Rasulullah
Shallahu alaihi wa salam, mengisyaratkan hal yang penting, yaitu tidak
ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah.

Amanah itu dapat menyelamatkan manusia, nanti kelak dihadapan Rabbnya.
Dengan sifat amanah yang dimiliki manusia, dapat pula menjauhkan
dirinya dari segala bentuk kedurhakaan, dan mengarah kepada sifat
melawan kekuasaan Allah Azza Wa Jalla. Orang yang memegang amanah, dan
menunaikan amanah dapat melapangkan hidupnya, dunia dan diakhirat.
Sifat amanah seseorang menunjukkan dirinya, memilliki keimanan yang
kukuh, dan tidak berkhianat, kepada siapapun, termasuk terhadap Allah
Ta’ala.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan kepada yang berhak menerimanya”. (al-Qur’an: an-Nisaa’ : 58).

“Empat hal, jika keempat-empatnya terdapat pada diri seseorang,
berarti ia benar-benar murni dari seorang munafik. Sedangkan orang yang
menyimpan salah satunya, berarti terdapat pada dirinya salah satu tanda
orang munafik, sampai ia meninggalkannya. Jika diberi amanah ia
berkhianat, jika bicara berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika
bermusuhan ia keji”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Memenuhi janji merupakan syarat asasi bagi keberadaan iman dalam hati
seorang hamba, sebagaimana disinggung dalam firman Allah Ta’ala :

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”. (al-Qur’an : al-Mu’minun : 8).

Betapa dalam kehidupan ini, banyak orang yang memberikan dan
mengumbar janji. Apalagi, janji hanya semata untuk kepentingan
kehidupan di dunia. Janji yang hanya sebatas untuk mendapatkan
kenikmatan kehidupan dunia. Janji yang hanya untuk kenikmatan sesaat,
yang tidak mempunyai arti apa-apa bagi manusia, ketika ia sudah
meninggalkan dunia yang fana ini. Apalagi, di zaman kini, orang-orang
yang menjadikan dunia sebagai sebuah tujuan (keinginan), yang kemudian
mendasari seluruh gerak hidupnya. Maka, perbuatan ini sudah masuk dalam
kategori dosa, karena sudah banyak unsur pelanggaran aqidah dan
keimanan. Tapi, mereka tidak menyadari kesalahan dan kesesatan yang
mereka lakukan setiap hari.

Padahal, hakikatnya, janji yang dibuat manusia, banyak yang tidak
dapat dilaksanakan, dan bahkan cenderung, janji itu hanya sekadar
diucapkan, tapi tidak dilaksanakan. Apalagi, janji hanya untuk mengajak
manusia lainnya agar tertarik kepada dirinya, taasub, dan menjadikan
dirinya sebagai pilihan, menjadikan dirinya sebagai pemimpin, yang
sejatinya, ia tak layak untuk dipilih dan memimpin.

Orang-orang berbondong memilihnya, memujinya, mengharapkan
pertolongannya, dan menyerahkan segala urusan terhadap dirinya. Padhal,
hakikatnya, ia makhluk lemah, sama sekali tidak layak dijadikan tempat
bersandar, berharap, dimintai pertolongan, dan mengurus segala
urusannya. Hanya orang-orang itu telah tertipu dengan janji, yang janji
itu diucapkan dengan lisan atau melaluli wasilah lainnya, yang dapat
mempengaruhi lebih banyak pendapat manusia.

Betapa manusia telah banyak yang terjerumus ke dalam perbuatan
nifaq, yang sangat dibenci oleh Allah Azza Wa Jalla. Kerana, mereka
berjanji, tapi tidak pernah bisa mewujudkan janji itu. Bahkan, manusia
banyak yang melupakan janjinya dengan Allah Azza Wa Jalla, janji untuk
berbakti, janji beribadah, janji mentaati, janji melaksanakan
aturan-aturan dan hukum-hukum-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah, apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). (al-Qur’an : An-Nahl :91).

Sa’id ibnul Musayyib rahimahullah, yang tidak memberikan pujian,
kecuali sifat-sifat kemuliaan dan tidak mencintai kecuali amal shaleh
dan kebajikan. Sa’id Ibnul Musayyib memberikan pujian kepada Zainal
Abidin, cucu Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, dan dengan
penuturannya : “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih wara’
selain dia!”. Tokoh, yang dipuji Sa’id ini, memang seorang hamba yang
telah memiliki berbagai kemuliaan, yang tidak dapat digapai oleh
orang-orang yang sebayanya.

Wahai kaum muslimin! Camkanlah, pernyataan orang yang telah
memujinya, dan memberikan kesaksian atas kehidupan cucu Baginda
Rasulullah Shallahu alaihi wa salam, yaitu Zainal Abidin. “Ali Zainal
Abidin bin Husien, karena kekerabatannya dengan Rasulullah Shallahu
alaihi wa salam tidak pernah makan dengan uang senilai satu dirham”,
ungkap orang yang bersaksi itu.

Zainal Abidin bersikap zuhud terhadap dunia. Ia menampik dunia dan
tekun memperbaiki kehidupan akhiratnya. Bagaimana sikap Zainal Abidin
dengan kehidupan dunia?

Suatu ketika, Mukhtar ibn Abu Ubaid memberinya wang seratus ribu.
Dia tiak mau menerimanya. Tetapi, jika menolaknya, ia takut Mukhtar,
mencelakakannya, karena ia seorng tiran yang bengis. Dan, ketika
Mukhtar terbunuh dalam perang, Zainal Abidin memberitahu Khalifah
Marwan bin Malik, agar mengambill wang pemberian Mukhtar, dan melalui
utusannya itu wang yang diambil itu dikembalikan kepada Zainal Abidin
oleh Khalifah Marwan bin Malik. Tapi, wang itu oleh Zainal Abidin
diberikan kepada fakir miskin, sampai habis, tak bersisa.

Adakah orang-orang sekarang yang mengumbar janji itu, masih dapat
dipercaya dan memenuhi janjinya dan bersikap amanah? Sebaliknya, adakah
mereka hanyalah kumpulan orang-orang nifaq, yang sedang menipu umat.
Wallahu ‘alam.

http://www.islamsaya.blogspot.com/



BS: Renungan buat kita semua pemegang amanah dari Allah...

0 comments: